Bitcoin (BTC) diperkirakan menutup bulan Agustus dengan kinerja negatif, menandai bulan pertama mengalami penurunan sejak April lalu. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa tren penurunan bisa berlanjut ketika memasuki September.
September, Bulan yang Kurang Bersahabat untuk Bitcoin
Secara historis, September memang dikenal sebagai bulan yang kurang ramah bagi Bitcoin. Sejak tahun 2013, delapan dari dua belas September terakhir ditutup dengan hasil negatif, dengan rata-rata penurunan sekitar −3,80%. Fenomena ini sering disebut “September Effect,” di mana para pelaku pasar biasanya merealisasikan keuntungan setelah reli musim panas atau mengatur kembali portofolio menjelang kuartal terakhir tahun. Pola serupa juga terlihat di pasar saham, misalnya indeks S&P 500 yang rata-rata turun −1,20% setiap September sejak 1928.
Karena Bitcoin kerap bergerak sejalan dengan aset berisiko lainnya, efek musiman ini sering menyeret pergerakannya. Namun, menariknya, dalam catatan sejak 2013, setiap kali Bitcoin berhasil mencatatkan kinerja positif di September, hal itu selalu didahului oleh penurunan cukup tajam di bulan Agustus, menandakan adanya pola aksi jual dini sebelum pasar kembali pulih.
Peluang untuk Bangkit
Meski begitu, beberapa analis melihat peluang yang berbeda tahun ini. Rekt Fencer menilai penurunan di September kemungkinan tidak akan terjadi, dengan mengacu pada pola pergerakan tahun 2017. Saat itu, setelah melemah tajam di akhir Agustus, Bitcoin menemukan titik support penting dan kemudian melesat hingga mencapai rekor $20.000.
Saat ini, Bitcoin kembali berada di kisaran $105.000–$110.000, zona harga yang sebelumnya menjadi resistance di awal tahun namun kini berubah menjadi support. Pola ini dianggap sebagai struktur bullish klasik yang berpotensi menjadi pijakan reli berikutnya.
Selain itu, muncul sinyal teknikal berupa hidden bullish divergence. Meskipun harga terkoreksi, indikator RSI (relative strength index) tidak turun sedalam harga, menandakan tekanan jual tidak seburuk yang terlihat. Hal ini mengindikasikan adanya pembeli yang mulai masuk secara perlahan. Menurut analis ZYN, Bitcoin berpotensi mencetak rekor baru di atas $124.500 dalam 4–6 minggu mendatang jika tren ini berlanjut.
Faktor Pendukung dari Pelemahan Dolar
Di luar analisis teknikal, pelemahan dolar AS juga bisa menjadi katalis positif. Dengan melambatnya ekonomi AS serta ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, banyak pelaku pasar mulai pesimis terhadap dolar. Bahkan, diperkirakan nilai dolar bisa melemah hingga 8% sepanjang tahun ini.
Korelasi antara Bitcoin dan Indeks Dolar (DXY) selama 52 minggu terakhir juga turun ke −0,25, level terendah dalam dua tahun. Kondisi ini memperbesar peluang kenaikan Bitcoin jika pelemahan dolar berlanjut.
Seperti yang disampaikan analis Ash Crypto, “The Fed akan mulai menyalakan mesin cetak uang di kuartal IV. Dua kali pemangkasan suku bunga bisa membawa triliunan dolar masuk ke pasar kripto. Kita akan segera memasuki fase parabola di mana altcoin bisa naik 10x hingga 50x.”