Jun 29, 2025

Sidang Do Kwon Ditunda, Kasus Terraform Labs Makin Rumit

Default Featured Image

Pengadilan federal AS menunda sidang penting dalam kasus terhadap salah satu pendiri Terraform Labs, Do Kwon, setelah jaksa mengajukan sejumlah besar bukti baru yang secara signifikan memperluas kasus ini.

Adanya Penundaan Sidang

Berdasarkan dokumen pengadilan, konferensi status yang awalnya dijadwalkan pada 10 Maret di Distrik Selatan New York telah diundur ke 10 April.

Jaksa beralasan bahwa tim pembela membutuhkan lebih banyak waktu untuk menganalisis empat terabyte bukti yang baru diserahkan. Pengadilan menyetujui permintaan ini, mengutip “bukti dalam jumlah besar” sebagai alasan penundaan.

Dokumen pengadilan mengungkapkan bahwa pada 27 Februari, pemerintah AS menyerahkan 600 gigabyte bukti kepada tim hukum Kwon, yang mencakup data dari ponsel, email, dan transaksi kripto miliknya. Pihak berwenang kini berencana untuk memberikan tambahan empat terabyte bukti lagi dalam minggu depan.

Meski sidang ditunda, persidangan dengan juri masih dijadwalkan berlangsung pada 26 Januari 2026. Selain itu, para korban dari runtuhnya Terraform Labs memiliki waktu hingga 30 April untuk mengajukan klaim atas kerugian finansial mereka.

Penundaan ini semakin memperumit kasus hukum yang sudah menjadi sorotan. Dengan banyaknya bukti yang harus ditinjau, tim pembela Kwon harus menghadapi proses yang menantang menjelang persidangan.

Jaksa federal menuduh Kwon sengaja salah menggambarkan stabilitas ekosistem Terraform, yang menyebabkan salah satu keruntuhan finansial terbesar dalam sejarah kripto. Namun, Kwon terus membantah semua tuduhan dan mengklaim bahwa kejatuhan pasar tersebut tidak dapat diprediksi serta bukan akibat dari tindakan penipuan.

Kasus dengan SEC

Kwon, yang diekstradisi dari Montenegro ke AS pada 31 Desember 2024, mengajukan pembelaan tidak bersalah pada 2 Januari atas berbagai tuduhan penipuan. Kasus ini berkaitan dengan runtuhnya stablecoin algoritmik Terraform Labs, TerraUSD, yang menyebabkan kerugian sekitar $40 miliar bagi investor pada tahun 2022.

Ekstradisi Kwon terjadi setelah pertempuran hukum yang panjang antara pihak berwenang di Montenegro, Korea Selatan, dan AS. Terraform Labs juga menjadi target investigasi Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC), yang menuduh Kwon melakukan penipuan kripto dalam skala besar.

Pada April 2024, juri menemukan bahwa Do Kwon dan Terraform Labs bertanggung jawab atas penipuan terhadap investor dalam sekuritas aset kripto. SEC berargumen bahwa Kwon dan perusahaannya salah mengartikan stabilitas ekosistem mereka, yang menyebabkan investor mengalami kerugian besar.

Setelah putusan juri, SEC mengajukan permohonan untuk menjatuhkan denda sebesar $5,3 miliar dalam bentuk pengembalian keuntungan ilegal dan sanksi perdata terhadap Terraform Labs dan Do Kwon. Jumlah ini disebut sebagai perkiraan “konservatif” tetapi “masuk akal” dari keuntungan yang didapat dari dugaan penipuan tersebut.

Pengadilan akhirnya menjatuhkan denda sebesar $4,5 miliar terhadap Kwon dan Terraform Labs.

Sidang Do Kwon Ditunda, Kasus Terraform Labs Makin Rumit
by Rian Jakawardana


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan