Jun 29, 2025

Senator Lummis Desak AS Hentikan Penjualan 69.370 Bitcoin Silk Road

Default Featured Image

Senator Cynthia Lummis, yang dikenal sebagai pendukung kuat aset digital di Kongres AS, mengirimkan surat kepada otoritas terkait untuk menyuarakan kekhawatirannya terhadap rencana penjualan 69.370 Bitcoin (BTC) yang disita dari Silk Road. 

Lummis juga menuntut transparansi penuh atas tuduhan penghancuran dokumen terkait kegiatan aset digital oleh Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC).

### Momen Strategis untuk Amerika?

Dalam suratnya kepada Direktur US Marshals Service (USMS), Ronald L. Davis, Lummis mempertanyakan urgensi di balik rencana penjualan Bitcoin tersebut. Menurutnya, langkah ini dapat berdampak signifikan pada posisi strategis dan kedaulatan keuangan Amerika Serikat di masa depan.

“Bitcoin ini adalah peluang untuk mendiversifikasi aset nasional dan menciptakan fondasi keuangan bagi generasi mendatang,” tulis Lummis.

Lummis menyoroti sejarah USMS yang pernah menjual 195.092 BTC seharga $366,5 juta antara 2014–2023. Nilai Bitcoin yang dijual tersebut kini setara dengan $18,9 miliar, menghasilkan potensi kerugian $18,5 miliar bagi pembayar pajak AS.

Senator ini juga menekankan bahwa rencana penjualan ini bertentangan dengan proposal Presiden terpilih Donald Trump pada Juli 2024, yang mengusulkan pembentukan “National Bitcoin Stockpile” untuk menyimpan 100% Bitcoin yang dikuasai pemerintah.

### Tuduhan Penghancuran Dokumen

Selain menyuarakan keprihatinan terhadap penjualan Bitcoin, Senator Lummis mengirim surat terpisah kepada Ketua FDIC, Marty Gruenberg. Surat tersebut menuduh FDIC menghancurkan dokumen yang terkait dengan kegiatan aset digital, serta intimidasi terhadap karyawan yang berusaha mengungkapkan informasi kepada Kongres.

Lummis mendesak FDIC untuk segera menghentikan penghancuran dokumen dan melindungi metadata serta informasi elektronik lainnya. 

Ia juga menuntut agar semua catatan yang menyebut istilah seperti “crypto, Bitcoin, Ethereum, dan digital asset” dipertahankan, sebagai langkah untuk memastikan transparansi penuh.

“Setiap upaya yang terbukti untuk menghalangi pengawasan akan mengarah pada rujukan pidana kepada Departemen Kehakiman,” tegas Lummis.

Keputusan tentang Bitcoin Silk Road bukan hanya soal keuangan, tetapi juga tentang arah strategis AS di pasar aset digital global. Senator Lummis menilai bahwa transparansi, akuntabilitas, dan perencanaan jangka panjang sangat penting, terutama di tengah transisi kepemimpinan menuju administrasi yang pro-kripto di bawah Presiden Trump.

Senator Lummis Desak AS Hentikan Penjualan 69.370 Bitcoin Silk Road
by Mohammad Alparidzy


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan