Jun 29, 2025

Pendapatan Nvidia Naik 80% Dari Permintaan yang Luar Biasa Untuk Chip AI

Default Featured Image

Nvidia, raksasa produsen chip, berhasil melampaui perkiraan Wall Street dengan laporan keuangan terbarunya, mencatat peningkatan pendapatan hampir 80% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh tingginya permintaan untuk mikrochip berbasis kecerdasan buatan (AI).

Dalam laporan keuangan tahun fiskal 2025 untuk kuartal keempat yang berakhir pada 26 Januari, Nvidia mencatat pendapatan sebesar $39,3 miliar. Angka ini meningkat 12% dibandingkan kuartal sebelumnya dan melonjak 78% dari periode yang sama tahun lalu.

Menurut Zacks Investment Research, perkiraan sebelumnya dari Wall Street hanya memproyeksikan pendapatan sebesar $37,72 miliar. Selain itu, laba per saham mencapai 89 sen, lebih tinggi dari estimasi 84 sen.

CEO dan pendiri Nvidia, Jensen Huang, mengungkapkan bahwa lonjakan pendapatan ini didorong oleh tingginya permintaan terhadap mikrochip Blackwell, yang dirancang untuk AI, pembelajaran mesin, dan komputasi berkinerja tinggi.

“AI berkembang pesat, dengan AI agen dan AI fisik yang siap membuka era baru bagi industri terbesar di dunia,” ujar Huang.

Divisi pusat data Nvidia menjadi penyumbang terbesar bagi pendapatan perusahaan, dengan kontribusi lebih dari 90%, mencapai $35,6 miliar, atau meningkat 93% dari tahun sebelumnya.

Pada 26 Februari, saham Nvidia Corp (NVDA) ditutup menguat 3,67% di angka $131,28. Namun, setelah jam perdagangan, saham turun 1,49% menjadi $129,32. Harga saham ini masih berada di bawah rekor tertingginya pada November lalu, ketika sempat melewati $147.

Pada 27 Januari, Nvidia mengalami penurunan nilai pasar terbesar dalam sejarah bursa saham AS dalam satu hari, dengan harga saham anjlok hampir 17%, menghilangkan sekitar $600 miliar dari kapitalisasi pasar. Kejatuhan ini dipicu oleh kepanikan investor setelah perusahaan AI asal China, DeepSeek, meluncurkan model yang diklaim dapat menyaingi ChatGPT dari OpenAI.

Huang sebelumnya menegaskan bahwa Nvidia berkomitmen untuk menjadi pemimpin dalam pengembangan AI agen, di tengah semakin ketatnya persaingan teknologi.

Di sisi lain, perusahaan teknologi AS lainnya juga mempercepat ekspansi di bidang AI. Pada September lalu, Microsoft mengumumkan rencananya untuk membangun dua pusat AI di Abu Dhabi, yang menjadi bagian dari investasi besar di sektor ini sepanjang tahun 2024.

Sementara itu, perusahaan penambangan Bitcoin mulai mengalihkan sebagian operasinya ke AI, menggunakan daya komputasi mereka untuk menjalankan model bahasa besar yang memerlukan kapasitas pemrosesan tinggi.

Pada Agustus, manajer aset VanEck memperkirakan bahwa jika perusahaan penambangan Bitcoin yang terdaftar di bursa saham mengalihkan 20% dari kapasitas energinya ke AI dan komputasi berkinerja tinggi pada tahun 2027, mereka berpotensi meningkatkan keuntungan tahunan sebesar $13,9 miliar selama 13 tahun.

Menurut laporan dari 10x Research pada 27 Januari, penurunan valuasi Nvidia justru dianggap sebagai sinyal positif bagi Bitcoin. Laporan tersebut menyebutkan bahwa berkurangnya belanja pada AI dapat membantu meredakan inflasi, yang pada akhirnya dapat mendorong kebijakan moneter yang lebih akomodatif dari Federal Reserve AS.

Pendapatan Nvidia Naik 80% Dari Permintaan yang Luar Biasa Untuk Chip AI
by Albert Agung


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan