Jun 30, 2025

RUU Bitcoin Ditolak, Tapi Arizona Masih Punya Peluang Jadi Negara Bagian Kripto Pertama

Default Featured Image

Ketika dunia bergerak menuju digitalisasi aset dan narasi “Bitcoin sebagai lindung nilai negara” kian menggema, Amerika Serikat justru kehilangan satu lagi pionir potensialnya. Florida, negara bagian yang sempat berada di garis depan wacana cadangan Bitcoin negara bagian, resmi menarik dua rancangan undang-undang kripto strategis dari meja legislatif.

Kabar ini datang hanya sehari setelah Gubernur Arizona memveto rancangan undang-undang serupa, menjadikan pekan ini sebagai pukulan bertubi-tubi bagi upaya desentralisasi finansial skala negara bagian di AS.

Florida Dari Visioner ke Veto Internal

Dua RUU House Bill 487 dan Senate Bill 550 yang bertujuan untuk mengizinkan investasi publik negara bagian hingga 10% ke dalam Bitcoin, secara resmi ditarik dari proses legislatif pada 3 Mei. Ini berarti, untuk saat ini, impian Florida menjadi pelopor negara bagian dengan cadangan strategis BTC harus dikubur dalam.

Padahal sebelumnya, kedua rancangan ini dinilai progresif dan mendapatkan perhatian dari komunitas kripto nasional, bahkan global. Jika disahkan, Florida akan menjadi negara bagian pertama yang mengintegrasikan Bitcoin ke dalam strategi manajemen dana publiknya, sebuah langkah yang bisa menjadi preseden baru dalam kebijakan fiskal era digital.

Sayangnya, meskipun legislatif negara bagian mengesahkan lebih dari 230 RUU di sesi terakhir mulai dari larangan penggunaan ponsel di sekolah hingga pelestarian taman negara topik Bitcoin tak masuk dalam prioritas.

Arizona Terpeleset Tapi Belum Tumbang

Tak lama sebelum Florida mengundurkan diri, Arizona sempat memimpin pergerakan ini. RUU HB 1025, yang dikenal sebagai Digital Assets Strategic Reserve Bill, telah maju cukup jauh dalam proses legislasi.

RUU ini bertujuan untuk mengizinkan negara menginvestasikan dana sitaan ke Bitcoin dan mengelola cadangan tersebut secara formal.

Namun pada 3 Mei, Gubernur Arizona Katie Hobbs secara mengejutkan memveto RUU tersebut, menyebut Bitcoin sebagai “investasi yang belum teruji”. Keputusan ini memantik kemarahan dari tokoh-tokoh kripto, termasuk Anthony Pompliano, yang menyindir keras keputusan tersebut dengan menyatakan, “Bayangkan politisi yang merasa bisa menentukan arah investasi negara tanpa pemahaman risiko aset digital.”

Namun harapan belum sepenuhnya hilang. Menurut pendiri Satoshi Action Fund, Dennis Porter, Arizona masih memiliki dua peluang lagi melalui HB 2749 yang memanfaatkan dana tak tertagih untuk membiayai cadangan Bitcoin secara netral terhadap anggaran negara dan SB 1373, yang memberi wewenang kepada bendahara negara bagian untuk mengalokasikan hingga 10% dana publik ke aset digital.

Gelombang Gagal di Negara Bagian AS

Florida kini resmi bergabung dengan deretan negara bagian yang gagal meloloskan RUU terkait cadangan Bitcoin, termasuk Wyoming, South Dakota, North Dakota, Pennsylvania, Montana, dan Oklahoma.

Meskipun sebagian dari negara-negara bagian tersebut memiliki reputasi sebagai yurisdiksi ramah kripto, upaya formal untuk mengintegrasikan BTC ke kas negara belum menemukan jalan legal yang kokoh.

Di tengah ketidakpastian regulasi federal dan sikap ragu legislator negara bagian, banyak pengamat menyebut AS sedang mengalami brain drain kripto, di mana inovasi dan adopsi besar-besaran justru terjadi di kawasan seperti Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Amerika Latin.

Lebih dari Sekadar Investasi Ini Soal Arah Strategis Keuangan Negara

Wacana penggunaan Bitcoin sebagai bagian dari cadangan negara bukanlah soal “trading jangka pendek”, tetapi merupakan simbol dari pergeseran strategi makro. Negara bagian seperti Florida dan Arizona sebenarnya tidak hanya melihat BTC sebagai aset spekulatif, tetapi sebagai alat lindung nilai terhadap inflasi dolar, devaluasi fiskal, dan ketergantungan pada sistem keuangan konvensional.

Kegagalan untuk meresmikan kebijakan tersebut mencerminkan kekhawatiran politis, kurangnya pemahaman teknis, dan tentunya, ketidaksiapan hukum. Namun para pendukung Bitcoin menilai hal ini hanya memperlambat, bukan menghentikan, transformasi besar-besaran yang sedang berlangsung.

Bitcoin, Negara Bagian, dan Perjuangan Menuju Legitimasi

Langkah Florida mundur dari RUU cadangan Bitcoin menandai momen penting dalam narasi adopsi institusional kripto di AS. Jika negara bagian paling progresif pun tak mampu meyakinkan legislatifnya, maka tantangan untuk membawa Bitcoin ke level kebijakan negara semakin nyata.

Namun seperti Arizona, selalu ada peluang baru. Dunia sedang berubah, dan meskipun hukum bergerak lambat, sejarah menunjukkan bahwa teknologi terutama yang mendisrupsi selalu mencari jalannya sendiri.

RUU Bitcoin Ditolak, Tapi Arizona Masih Punya Peluang Jadi Negara Bagian Kripto Pertama
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan