Jun 30, 2025

Lonjakan Tokenisasi Aset Nyata Menuju Arus Utama

Default Featured Image

Tokenisasi aset dunia nyata (real-world assets/RWA) kini makin berkembang dari sekadar ide menjadi alat keuangan yang benar-benar dipakai. Ini terlihat dari makin banyaknya institusi besar yang mulai menguji dan menggunakan infrastruktur berbasis blockchain secara besar-besaran.

Dalam seminggu terakhir saja, berbagai pengumuman datang dari institusi keuangan tradisional dan perusahaan blockchain yang menunjukkan kemajuan signifikan dalam inisiatif tokenisasi mereka.

Pada 30 April, raksasa investasi BlackRock mengajukan permohonan untuk membuat kelas saham baru berbasis teknologi ledger digital (DLT) untuk dana Treasury Trust senilai $150 miliar miliknya. Teknologi blockchain ini akan digunakan untuk mencatat ulang kepemilikan saham secara paralel bagi para investor.

Saham DLT ini akan melacak dana BLF Treasury Trust Fund (TTTXX) milik BlackRock, yang hanya bisa dibeli melalui BlackRock Advisors dan The Bank of New York Mellon (BNY).

Di hari yang sama, Libre mengumumkan rencana untuk melakukan tokenisasi terhadap utang Telegram sebesar $500 juta melalui produk baru bernama Telegram Bond Fund (TBF). Dana ini akan ditujukan untuk investor terakreditasi dan bisa digunakan sebagai jaminan untuk pinjaman on-chain.

Namun berita paling mencolok datang dari Dubai, ketika MultiBank Group menandatangani kesepakatan tokenisasi RWA senilai $3 miliar dengan perusahaan properti MAG asal UEA dan penyedia infrastruktur blockchain Mavryk. Kesepakatan ini disebut sebagai inisiatif tokenisasi RWA terbesar sejauh ini.

“Lonjakan terbaru ini bukan terjadi begitu saja. Ini karena semua faktor mulai selaras,” ujar Eric Piscini, CEO Hashgraph, kepada Cointelegraph.

“Aturan makin jelas di pasar besar. Teknologinya makin cepat, kuat, dan siap digunakan dalam skala besar. Dan para pemain besar benar-benar mulai bergerak seperti BlackRock yang mulai tokenisasi dana, Citi eksplorasi kustodian aset digital, dan Franklin Templeton tokenisasi dana pasar uang di blockchain publik.”

Tokenisasi Kini Jadi Kenyataan

Marcin Kazmierczak, salah satu pendiri RedStone, mengatakan pengumuman-pengumuman terbaru ini membuktikan bahwa tokenisasi bukan lagi sekadar pembahasan teori, melainkan sudah diterapkan secara nyata oleh para pemimpin pasar.

Menurutnya, keterlibatan institusi besar juga memberi legitimasi pada sektor ini dan membuat pihak lain merasa lebih percaya diri untuk ikut berinovasi dan berinvestasi.

Kazmierczak menambahkan bahwa lonjakan minat pada tokenisasi RWA ini dipicu oleh terpilihnya kembali Presiden AS Donald Trump yang dikenal pro-crypto, serta meningkatnya kejelasan regulasi.

Trump sebelumnya berjanji akan menjadikan AS sebagai pusat industri kripto dunia berbanding terbalik dengan era pemerintahan Biden yang dikenal dengan pendekatan keras lewat SEC dan Departemen Kehakiman (DOJ), yang sempat membuat banyak perusahaan kripto hengkang dari pasar AS.

Namun sekarang narasi tersebut tampaknya mulai berubah. Sejak kemenangan Trump, SEC telah menghentikan atau menunda lebih dari selusin kasus terhadap perusahaan kripto. DOJ juga membubarkan satuan tugas khusus kripto-nya, menunjukkan pendekatan yang lebih lunak.

Selain faktor regulasi, kemajuan teknologi terutama dompet digital (wallet) juga mempermudah adopsi tokenisasi, kata Felipe D’Onofrio, CTO Brickken.

“Secara paralel, tekanan makroekonomi juga mendorong institusi untuk mencari efisiensi dan likuiditas di pasar yang sebelumnya dikenal illiquid,” tambahnya.

Ethereum Masih Jadi Rumah Utama Tokenisasi

Ethereum tetap menjadi pusat utama tokenisasi RWA karena ekosistemnya yang matang, dukungan pengembang yang luas, dan infrastruktur yang kuat.

> “Ethereum masih jadi pilihan utama untuk penerbitan RWA dalam skala besar karena keamanannya, komunitas developer yang besar, dan adopsi oleh institusi,” kata Kazmierczak.

Meski begitu, beberapa ekosistem yang secara khusus dibuat untuk RWA seperti Canton Network, Plume, dan Ondo Chain mulai menawarkan alternatif menarik dengan fitur-fitur yang fokus pada kepatuhan hukum.

!stablecoin), menurut laporan dari Tren Finance.

Lonjakan Tokenisasi Aset Nyata Menuju Arus Utama
by Rian Jakawardana


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan