Jun 30, 2025

Ketua Baru SEC Paul Atkins Janjikan Aturan Kripto yang Rasional

Default Featured Image

Di tengah ketegangan regulasi yang terus menghantui industri kripto Amerika Serikat, sebuah babak baru dimulai di Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC). Paul S. Atkins, sosok lama dalam dunia keuangan yang kembali ke lembaga tersebut, resmi dilantik sebagai Ketua SEC ke-34 pada 21 April.

Ia bukan hanya membawa pengalaman, tetapi juga janji besar: menjadikan regulasi aset digital lebih jelas, rasional, dan mendukung pertumbuhan pasar.

Langkah ini menandai pergeseran besar dalam pendekatan SEC terhadap aset kripto, sebuah sektor yang selama bertahun-tahun terombang-ambing antara ketidakpastian hukum dan tindakan penegakan yang agresif.

Latar Belakang Paul S. Atkins Sosok “Old Guard” dengan Visi Baru

Paul Atkins bukan orang baru di SEC. Ia pernah menjabat sebagai komisaris dari 2002 hingga 2008, era penuh gejolak menjelang krisis finansial global. Setelah masa tugas publiknya, Atkins mendirikan Patomak Global Partners pada 2009, sebuah firma konsultasi yang berfokus pada tata kelola keuangan dan regulasi pasar, termasuk sektor kripto.

Di sana, ia membangun reputasi sebagai advokat kebijakan berbasis analisis biaya-manfaat dan transparansi regulasi dua prinsip yang kini menjadi pilar dalam visinya membangun kerangka hukum untuk aset digital.

Komitmen Terhadap Regulasi yang Jelas dan Terukur

Dalam pidato perdananya, Atkins menggarisbawahi pentingnya menciptakan “landasan regulasi yang kokoh dan terstruktur bagi aset digital,” dengan pendekatan yang “rasional, koheren, dan berbasis prinsip.”

Ini bukan sekadar retorika. Ia juga dikenal sebagai sosok yang terlibat dalam Kelompok Kerja Presiden untuk Pasar Keuangan (President’s Working Group on Financial Markets) serta Dewan Ekonomi Transatlantik AS-Uni Eropa. Reputasi ini menjadikannya penghubung strategis antara regulator dan pasar global.

Sinyal Positif Bagi Industri Kripto

Reaksi dari komunitas kripto cenderung positif. CEO Ripple, Brad Garlinghouse, bahkan menyebut Atkins sebagai sosok yang akan “membawa akal sehat kembali ke SEC.” Dalam konteks yang lebih luas, pelaku industri melihat pengangkatan ini sebagai sinyal bahwa era “regulasi lewat penegakan hukum” yang dipelopori pendahulunya, Gary Gensler, mungkin akan bergeser.

Sejak 2020, SEC memang banyak dikritik karena kerap mengandalkan tindakan hukum alih-alih membentuk aturan yang jelas. Kasus-kasus besar seperti gugatan terhadap Ripple Labs dan penyelidikan terhadap berbagai platform DeFi menjadi bukti betapa kaburnya batas antara aset yang dianggap sekuritas dan bukan.

Tantangan Besar Antara Harapan dan Kekhawatiran

Namun, tidak semua pihak menyambut optimis. Sebagian pengamat mencemaskan potensi konflik kepentingan mengingat hubungan Atkins dengan berbagai perusahaan yang terlibat di industri kripto.

Ia pernah menjabat sebagai ketua non-eksekutif BATS Global Markets, dan rekam jejak bisnisnya dinilai terlalu dekat dengan dunia keuangan privat.

Kritik ini mencuat bersamaan dengan meningkatnya tekanan dari Kongres untuk memastikan perlindungan investor tidak dikorbankan demi inovasi.

Dampak Potensial Arah Baru AS dalam Regulasi Kripto Global

AS selama ini tertinggal dibandingkan yurisdiksi lain seperti Uni Eropa (dengan kerangka MiCA) dan bahkan beberapa negara Asia yang telah memiliki panduan hukum jelas untuk kripto. Di tengah meningkatnya migrasi proyek kripto ke luar negeri, kepemimpinan baru Atkins bisa menjadi momentum pembalikan arah.

Jika berhasil merumuskan aturan yang adil, transparan, dan dapat diprediksi, SEC bisa menarik kembali kepercayaan inovator dan investor ke dalam negeri mengamankan posisi AS sebagai pusat finansial digital dunia.

Peluang untuk Membentuk Masa Depan Kripto

Kepemimpinan Paul Atkins di SEC bisa menjadi titik balik penting dalam sejarah regulasi aset digital di Amerika Serikat. Visi yang ia tawarkan bukan hanya soal aturan, tetapi juga tentang menciptakan ruang dialog antara regulator, pelaku industri, dan investor.

Apakah ini awal dari babak baru yang lebih progresif? Atau hanya perubahan wajah tanpa perubahan sikap? Waktu akan menjawabnya. Namun satu hal pasti: industri kripto sedang menatap Washington dengan harapan yang lebih besar dari sebelumnya.

Ketua Baru SEC Paul Atkins Janjikan Aturan Kripto yang Rasional
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan