Jun 30, 2025

Harga Litecoin Naik 11%, Kalahkan Bitcoin dan Ethereum di Tengah Sentimen ETF

Default Featured Image

Di tengah riuhnya pasar kripto yang kembali bergairah, satu nama lama muncul sebagai pemimpin reli: Litecoin (LTC). Bukan Bitcoin, bukan pula Ethereum melainkan si “perak-nya Bitcoin” yang justru memimpin daftar penguat dengan kenaikan harian lebih dari 11% pada hari Selasa. Fenomena ini mengejutkan sebagian besar investor yang sudah lama tak melirik altcoin ini.

Yang lebih menarik? Lonjakan Litecoin ini terjadi bukan hanya karena spekulasi sesaat, tetapi juga dipicu oleh kombinasi faktor fundamental dan geopolitik yang memperkuat kepercayaan pasar terhadap aset digital yang selama ini dianggap “tertinggal zaman”.

Litecoin Bangkit dari Tidur Volume dan Harga Naik Serempak

Litecoin diperdagangkan pada level $91.86, naik 11,84% dalam 24 jam terakhir, dengan volume perdagangan yang melonjak 41% menjadi $805 juta. Ini adalah level harga tertinggi sejak 28 Maret, dan menunjukkan kembalinya minat investor terhadap salah satu altcoin tertua di pasar.

Pada pagi hari, harga LTC masih bergerak datar, namun ledakan terjadi pada sore hingga malam hari, dengan harga menyentuh intraday high di $93.18. Dengan pergerakan ini, LTC sukses mengungguli Bitcoin yang naik 2,45% dan Ethereum yang hanya tumbuh 1,62%.

Reli ini tak hanya terjadi di pasar spot. Pasar derivatif Litecoin ikut membara, dengan open interest (nilai total kontrak terbuka) melonjak 9,77% menjadi $606 juta tertinggi dalam dua bulan terakhir menurut data dari Coinglass.

Sentimen Positif dari Potensi ETF dan Negosiasi Dagang

Ada dua katalis utama di balik kebangkitan Litecoin:

1. Harapan terhadap ETF Altcoin Pertama
Meski Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) sempat menunda keputusan soal aplikasi ETF Litecoin, pasar tetap optimistis. Para analis menyebutkan bahwa LTC bisa menjadi kandidat utama untuk ETF altcoin pertama di tahun 2025.

Di platform prediksi Polymarket, probabilitas persetujuan ETF Litecoin saat ini mencapai 76%. Jika ETF ini disetujui, dampaknya bisa sangat besar mirip seperti apa yang terjadi pada ETF Bitcoin spot awal tahun ini yang mendorong harga BTC ke rekor baru.

2. Efek Domino dari Perundingan Dagang AS-Tiongkok
Seperti Bitcoin dan aset berisiko lainnya, LTC ikut terdongkrak oleh kabar pertemuan antara Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dan pejabat dagang Tiongkok yang akan berlangsung di Swiss.

Pertemuan ini menjadi sinyal peredaan ketegangan dagang yang selama ini membebani pasar global.

Menurut analis pasar, berita ini mengembalikan kepercayaan pada aset-aset spekulatif dan mendorong mode risk-on di pasar. Altcoin seperti Litecoin yang sebelumnya undervalued langsung menjadi incaran.

Litecoin dan Narasi Baru Dari Veteran Jadi Visioner?

Litecoin dikenal sebagai salah satu koin proof-of-work tertua setelah Bitcoin. Meski sempat tenggelam dalam bayang-bayang altcoin baru seperti Solana atau Avalanche, LTC tetap mempertahankan posisi unik: stabilitas, biaya transaksi rendah, dan adopsi luas di kalangan pedagang.

Jika narasi ETF benar-benar terwujud, Litecoin bisa mendapatkan tempat baru di lanskap kripto sebagai digital silver yang relevan kembali. Dan dengan open interest yang tinggi serta volume perdagangan yang melonjak, para pelaku pasar tampaknya sudah mulai memosisikan diri untuk skenario tersebut.

Apa Implikasinya bagi Investor dan Trader Indonesia?

* Potensi Jangka Pendek: Dengan momentum teknikal yang kuat dan sentimen positif seputar ETF, LTC bisa menembus $95 atau bahkan $100 dalam waktu dekat jika volume tetap tinggi.
 
* Waspadai Volatilitas: Kenaikan tajam sering diikuti oleh koreksi singkat. Trader harian perlu hati-hati dalam menempatkan stop-loss.
 
* Momentum ETF: Jika SEC memberikan sinyal dukungan terhadap ETF altcoin, ini bisa menjadi awal gelombang baru dalam industri kripto bukan hanya untuk Litecoin, tetapi juga altcoin lain seperti Solana dan Chainlink.

Litecoin Tampil Sebagai Pemain Utama di Tengah Ketidakpastian

Litecoin mungkin bukan aset yang “viral” di TikTok atau yang paling dibahas di YouTube. Tapi pergerakan 11% dalam satu hari, ditopang oleh fundamental dan narasi ETF, menandakan bahwa altcoin ini belum selesai.

Justru, ia bisa saja sedang memasuki babak baru sebagai veteran yang kembali relevan.

Di saat pasar mencari arah, Litecoin justru bergerak duluan. Mungkin sudah saatnya melihatnya bukan sebagai sisa masa lalu, tapi sebagai bagian dari masa depan.

Harga Litecoin Naik 11%, Kalahkan Bitcoin dan Ethereum di Tengah Sentimen ETF
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan