Jun 30, 2025

Harga Emas Melemah, Dolar Menguat & Sikap The Fed Buat Pasar Kecewa

Default Featured Image

Harga emas kembali melemah pada hari Rabu, dipicu oleh penguatan dolar AS dan meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Pernyataan hati-hati dari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, terkait prospek ekonomi AS juga mengecewakan pelaku pasar.

Harga emas spot, yang sebelumnya sudah turun lebih dari 1% sebelum pertemuan The Fed, kembali merosot usai pernyataan Powell. Pada pukul 03:32 ET (19:32 GMT), emas spot tercatat turun 1,8% ke level $3.368,42 per ons, sementara kontrak berjangka emas AS ditutup melemah 0,9% di $3.391,9 per ons.

Indeks dolar AS (.DXY) menguat 0,6% terhadap sekeranjang mata uang utama, membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pembeli non-dolar.

Kebijakan The Fed Bikin Pasar Kecewa

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menyelesaikan pertemuan kebijakan dua hari dengan keputusan bulat untuk mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25%-4,50%, level yang telah dipertahankan sejak Desember lalu.

> “Ketidakpastian mengenai prospek ekonomi semakin meningkat,” kata FOMC dalam pernyataan pasca pertemuan.

Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan kembali pandangan tersebut dengan menyatakan bahwa bank sentral tidak dapat mengambil tindakan pre-emptive saat arah ekonomi masih belum jelas.

“Powell bermain aman dengan kembali menekankan sikap ‘tunggu dan lihat’. Itu membuat pasar agak kecewa, tapi tidak mengubah bias bullish kuat di pasar emas,” ujar Tai Wong, pedagang logam independen.

Ia menambahkan, “Penurunan harga justru akan dimanfaatkan untuk membeli, karena emas adalah pasar yang paling dipercaya investor saat ini.”

Dukungan Fundamental Masih Kuat untuk Emas

Sepanjang tahun ini, emas telah naik 28,6% karena meningkatnya risiko geopolitik dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral. Bank sentral Tiongkok diketahui menambah cadangan emas untuk bulan keenam berturut-turut pada April lalu.

> “Saya pikir penurunan harga emas kali ini lebih karena membaiknya hubungan dagang antara Tiongkok dan AS. Sementara pengumuman The Fed sendiri cenderung netral, tidak ada kejutan dari apa yang disampaikan Powell,” kata Daniel Pavilonis, analis senior di RJO Futures.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dan negosiator utama perdagangan, Jamieson Greer, dijadwalkan bertemu dengan kepala ekonomi Tiongkok, He Lifeng, di Swiss akhir pekan ini yang dilihat sebagai langkah potensial menuju perbaikan hubungan dagang kedua negara.

Sementara itu, harga logam mulia lainnya juga mengalami penurunan. Perak spot turun 2,9% menjadi $32,27 per ons, platinum melemah 0,9% ke $975,60, dan paladium turun 1,2% ke $963,34 per ons.

Harga Emas Melemah, Dolar Menguat & Sikap The Fed Buat Pasar Kecewa
by Rian Jakawardana


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan