Jun 30, 2025

Harga Bitcoin Tembus $98K Usai The Fed Acuhkan Desakan Trump Potong Suku Bunga

Default Featured Image

Pasar kripto kembali memanas. Setelah sempat tertekan di bawah $96.000 pasca pidato Ketua The Fed Jerome Powell, Bitcoin bangkit dan menembus angka $98.000 level yang belum disentuh sejak Februari 2025.

Lonjakan ini terjadi di tengah tensi geopolitik dan kebijakan moneter yang semakin tak menentu, serta tekanan politik dari mantan Presiden AS Donald Trump yang menuntut pemotongan suku bunga “secepatnya”.

Apakah ini tanda bahwa Bitcoin kembali ke jalur bullish? Atau justru euforia sesaat sebelum badai ekonomi lebih besar?

Powell Bertahan, Trump Menggertak

Dalam konferensi pers pada 7 Mei, Jerome Powell menegaskan bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25%–4,50%. Keputusan ini mengabaikan tekanan eksplisit dari Trump yang beberapa minggu sebelumnya mengancam akan memecat Powell karena dianggap lamban dalam merespons ancaman inflasi dan pelemahan pasar kerja.

Ironisnya, Powell justru menyebut kenaikan pengangguran dan inflasi sebagai dua alasan utama kenapa The Fed belum berani memangkas suku bunga. “Inflasi memang telah menurun secara signifikan, namun masih berada di atas target jangka panjang kami sebesar 2%,” jelasnya.

Lebih jauh, Powell mengaitkan penurunan sentimen publik terhadap kebijakan perdagangan internasional Trump, mengindikasikan bahwa ketidakpastian politik juga mulai membebani ekspektasi ekonomi.

Bitcoin Rollercoaster dalam 24 Jam

Harga BTC sempat tertekan ke $95.866 setelah pengumuman The Fed. Namun hanya beberapa jam kemudian, harga memantul dan menembus $98.000 level yang terakhir kali tercatat pada 21 Februari.

Sentimen ini dipicu oleh kombinasi faktor teknikal dan psikologis, termasuk kembalinya Crypto Fear & Greed Index ke zona “Greed”.

Menurut data dari CME FedWatch Tool, pasar derivatif sebenarnya sudah mengantisipasi tidak adanya pemotongan suku bunga dalam waktu dekat. Tapi investor ritel dan institusi tetap bereaksi terhadap narasi makro yang terus bergeser menandakan bahwa narrative trading masih jadi kekuatan dominan di pasar kripto.

ETF dan Momentum Baru Bitcoin

Sejak 26 Maret, ETF spot Bitcoin di AS telah mencatatkan arus masuk hingga $4,41 miliar, memperlihatkan akumulasi institusional yang masih solid di tengah ketidakpastian makro. Ini menjadi salah satu alasan mengapa harga Bitcoin tidak runtuh seperti yang terjadi pada siklus sebelumnya saat The Fed mengetatkan kebijakan.

Namun analis seperti Timothy Peterson memperingatkan bahwa jika The Fed tetap keras kepala dan tidak memangkas suku bunga hingga akhir 2025, bukan tak mungkin pasar termasuk Bitcoin akan mengalami koreksi besar ke level $70.000 atau lebih rendah.

“Kami belum dalam kondisi yang membutuhkan reaksi cepat,” kata Powell dalam pernyataan pada Maret lalu, menegaskan pendekatan wait-and-see yang membuat pasar makin waswas.

Apa yang Bisa Kita Pelajari?

1. Bitcoin bukan lagi aset pinggiran. Responsnya terhadap kebijakan moneter AS kini hampir selevel dengan emas dan obligasi.
 
2. Tekanan politik bisa mempengaruhi arah kebijakan Fed. Namun, Fed tetap mempertahankan independensinya untuk saat ini.
 
3. Euforia pasar bisa cepat berubah. Dalam hitungan jam, Bitcoin bisa berpindah dari koreksi ke reli tanpa trigger fundamental yang signifikan.

Pasar Masih Bernapas, Tapi Tak Stabil

Bitcoin mungkin telah menembus $98.000, namun reli ini masih berdiri di atas fondasi rapuh bernama harapan. Harapan bahwa suku bunga akan turun, bahwa inflasi akan terkendali, dan bahwa politik tidak akan mencampuri urusan moneter terlalu dalam.

Namun seperti yang telah kita pelajari dari sejarah pasar: harapan yang tidak didukung oleh realita hanya akan menciptakan volatilitas, bukan kestabilan.

Harga Bitcoin Tembus $98K Usai The Fed Acuhkan Desakan Trump Potong Suku Bunga
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan