Jun 30, 2025

Emas Cetak Rekor Tertinggi di Tengah Ketegangan Global dan Melemahnya Dolar

Default Featured Image

Harga emas mencapai rekor tertinggi baru pada Senin, didorong oleh pelemahan dolar AS dan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global akibat meningkatnya ketegangan dagang antara AS dan China. Permintaan terhadap emas sebagai aset aman pun terus meningkat.

Harga emas spot naik 1,7% menjadi $3.385,28 per ons pada pukul 08.15 GMT. Sebelumnya, harga sempat melonjak 2% ke rekor tertinggi $3.395,95 per ons.

Kontrak berjangka emas AS juga naik 2,1% ke level $3.396,60.

Ketegangan Dagang dan Ketidakpastian Kebijakan AS

Kebijakan tarif luas yang diterapkan Presiden AS Donald Trump, serta ketidakpastian seputar arah kebijakan perdagangannya, telah mengguncang pasar global dan memperburuk prospek ekonomi AS. Hal ini membuat banyak investor menarik dana dari aset-aset berbasis dolar.

Di sisi lain, China memperingatkan negara-negara lain agar tidak membuat kesepakatan ekonomi yang lebih luas dengan AS jika itu merugikan mereka.

Dolar Melemah, Emas Makin Dilirik

Serangan Trump terhadap Ketua Federal Reserve Jerome Powell minggu lalu juga ikut menekan nilai dolar—yang kini berada di posisi terendah dalam lebih dari tiga tahun. Ini membuat emas yang dihargai dalam dolar menjadi lebih murah bagi pembeli dari luar negeri.

“Masih ada kekhawatiran tentang peran dolar sebagai mata uang cadangan global, dan hal ini turut menopang harga emas. Sentimen ‘risk-off’ yang terlihat dari melemahnya pasar saham juga menjadi faktor pendukung logam mulia ini. Kami memperkirakan harga emas bisa bergerak menuju $3.500 dalam beberapa bulan ke depan,” kata analis UBS, Giovanni Staunovo.

Emas Melonjak Tajam Sejak Awal 2025

Sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakstabilan global, emas telah naik lebih dari $700 sejak awal 2025. Sebagai perbandingan, butuh waktu 12 tahun bagi harga emas naik dari $1.000 per ons pada 2008 ke $2.000 per ons.

> “Titik penting berikutnya bagi emas bisa berada di sekitar level $3.500, meskipun saat ini pasar terlihat agak jenuh dan indikator teknikal menunjukkan kondisi overbought dalam jangka pendek,” ujar analis pasar IG, Yeap Jun Rong.

Sementara itu, harga perak spot naik 0,5% ke $32,74 per ons, platinum menguat 0,4% ke $971,10, dan palladium turun 0,3% ke $958,93.

Emas Cetak Rekor Tertinggi di Tengah Ketegangan Global dan Melemahnya Dolar
by Rian Jakawardana


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan