Jun 30, 2025

Dolar AS, dan Saham Jatuh , Namun Kripto Naik, Karena Trump Meningkatkan Tekanan Pada Fed

Default Featured Image

Pasar kripto berhasil tetap stabil meskipun Presiden AS Donald Trump kembali melontarkan kritik tajam terhadap Ketua The Fed, Jerome Powell—pernyataan yang sempat mengguncang pasar saham dan melemahkan nilai dolar akibat meningkatnya ketidakpastian.

Pada 21 April, bursa saham AS ditutup melemah. Indeks S&P 500 turun 2,4%, Nasdaq yang didominasi saham teknologi merosot 2,5%, dan Dow Jones kehilangan hampir 1.000 poin atau setara 2,5%. Secara keseluruhan, S&P 500 sudah turun lebih dari 12% sejak awal tahun, sementara Nasdaq telah anjlok hampir 18% karena gelombang penarikan dana dari sektor teknologi.

Penurunan ini terjadi bersamaan dengan meningkatnya ketegangan antara Trump dan Powell, serta kekhawatiran pasar terhadap dampak dari tarif perdagangan yang diperkenalkan. Di media sosial Truth Social, Trump menyampaikan bahwa banyak pihak kini menuntut pemangkasan suku bunga secara dini. Ia juga menyebut bahwa harga energi dan pangan yang menurun menunjukkan bahwa inflasi saat ini nyaris tidak ada.

Trump kembali menekan The Fed untuk segera menurunkan suku bunga, yang masih berada di angka 4,5% di bawah kepemimpinan Powell. Ia bahkan menyebut Powell sebagai “Mr. Terlambat” dan “pecundang besar.”

Pekan sebelumnya, Powell mengkritik kebijakan tarif Trump yang dinilai dapat menciptakan kondisi ekonomi berbahaya berupa inflasi yang disertai perlambatan pertumbuhan atau stagflasi. Sebagai balasan, Trump menyerukan agar Powell segera dicopot dari jabatannya.

Sementara itu, The Fed diperkirakan tetap akan bersikap hati-hati pada rapat tanggal 7 Mei mendatang, dengan peluang pemangkasan suku bunga hanya sekitar 13%, menurut CME Fed Watch.

Nilai dolar AS juga terus melemah. Indeks Dolar AS (DXY), yang membandingkan kekuatan dolar terhadap mata uang utama dunia, sudah turun lebih dari 10% sepanjang tahun ini. Pada 21 April, indeks tersebut jatuh ke bawah angka 98—level terendah dalam tiga tahun.

CEO Real Vision, Raoul Pal, menyebut pelemahan dolar ini sebagai bentuk peningkatan likuiditas global, dan menjadi faktor utama dalam mendorong suplai uang secara internasional.

Di sisi lain, pasar kripto justru tetap kuat. Kapitalisasi total pasar kripto bertahan di angka $2,83 triliun, dengan Bitcoin memimpin reli harga. Pada 22 April, harga Bitcoin sempat menyentuh $88.500, tertinggi dalam empat minggu terakhir.

“Di tengah gejolak hebat di pasar global, Bitcoin menunjukkan ketangguhan yang luar biasa,” ujar analis dari Bitfinex dalam laporan pasar terbarunya.

Dolar AS, dan Saham Jatuh , Namun Kripto Naik, Karena Trump Meningkatkan Tekanan Pada Fed
by Albert Agung


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan