Jun 30, 2025

Bostic Pangkas Proyeksi Pemotongan Suku Bunga Fed Jadi Satu Kali

Default Featured Image

Ketika pasar mulai menyesuaikan ekspektasinya terhadap pemotongan suku bunga, Presiden Federal Reserve Atlanta, Raphael Bostic, memberikan pernyataan yang menambah tekanan realitas: kemungkinan besar hanya akan ada satu kali pemangkasan suku bunga pada tahun 2025.

Ya, hanya seperempat poin persentase jauh dari apa yang diharapkan oleh banyak pelaku pasar maupun analis yang masih memimpikan dua kali pemangkasan.

Pernyataan ini bukan sekadar pembaruan sikap. Ini adalah indikator bahwa inflasi masih belum sepenuhnya jinak, dan bahwa guncangan eksternal seperti tarif impor baru dapat menghidupkan kembali tekanan harga yang selama ini coba dijinakkan oleh The Fed.

Dari Dua Jadi Satu Narasi Baru dari Pejabat Federal Reserve

Awalnya, Bostic memperkirakan akan ada dua kali pemangkasan suku bunga pada tahun ini. Namun kini, dengan melihat tren inflasi yang menunjukkan perlambatan dalam penurunan, ia merevisi proyeksinya menjadi satu kali pemangkasan. Alasannya? Kombinasi dari:

1. Laju inflasi yang lebih lambat turun dari perkiraan.

 
2. Rencana tarif impor baru dari pemerintahan Trump, yang dianggap akan mendorong perusahaan untuk menaikkan harga.

 

“Jalur kebijakan moneter yang tepat juga akan tertunda,” ujarnya dalam wawancara dengan Bloomberg, menyiratkan bahwa Federal Reserve harus tetap bersikap waspada.

Tarif Impor Katalis Baru Inflasi?

Bostic secara eksplisit menyebut bahwa banyak pelaku usaha yang ia temui berencana untuk meneruskan kenaikan biaya akibat tarif langsung ke konsumen. Dan ini bukan sekadar “kenaikan sesaat” seperti biasanya terjadi saat tarif diberlakukan.

Mengapa? Karena menurut Bostic, baik pelaku usaha maupun konsumen kini sudah mulai “terkondisikan” untuk menerima inflasi yang lebih tinggi. Ini adalah efek pascapandemi yang sering kali luput dari radar analis makroekonomi.

“Ekspektasi akan pass-through penuh adalah norma saat ini,” jelas Bostic. Artinya, perusahaan tidak takut kehilangan pangsa pasar jika menaikkan harga karena semua orang juga melakukannya.

Tarif Trump Kembali ke 2018, atau Lebih Parah?

Kebijakan dagang Presiden Donald Trump yang kembali menjabat membawa gema dari periode 2018-2019, ketika gelombang tarif menghantam pasar global. Kini, ia telah memperkenalkan kembali tarif atas produk dari Tiongkok dan logam impor, dan berencana menambahkan tarif untuk Meksiko, Kanada, dan negara lain pada bulan depan.

Meskipun secara teori tarif hanya mendorong kenaikan harga satu kali, Bostic memperingatkan bahwa kondisi kali ini bisa berbeda. Kesiapan pelaku bisnis untuk mentransfer biaya ke konsumen bisa menjadikan tarif sebagai sumber inflasi berkelanjutan, bukan hanya lonjakan sesaat.

Apa Dampaknya ke Pasar dan Konsumen?

Sinyal dari Bostic bisa menjadi awal dari revisi ekspektasi secara luas. Sebelumnya, proyeksi median dari The Fed masih memuat dua kali pemangkasan suku bunga pada 2025. Namun, semakin banyak pejabat yang secara diam-diam menaikkan ekspektasi mereka meskipun median belum berubah secara resmi.

Bagi pasar, ini berarti:

* Yield obligasi bisa tetap tinggi, karena ekspektasi pemotongan suku bunga makin mundur.

 
* Pasar saham yang selama ini mengandalkan “pivot” The Fed bisa terguncang.

 
* Konsumen menghadapi harga yang tetap tinggi, terutama pada barang-barang impor.

 

The Fed Masih Bermain di Zona Risiko

Dengan inflasi yang belum sepenuhnya jinak dan tekanan harga dari tarif impor yang membayangi, kebijakan moneter Amerika Serikat masih berada di wilayah abu-abu. Satu pemotongan suku bunga mungkin jadi kenyataan terbaik tahun ini dan itu pun belum pasti.

Pernyataan Bostic menegaskan bahwa The Fed bukan dalam mode “bersemangat memangkas”, melainkan “sabar dan siap menahan diri”. Dan selama tekanan harga masih muncul dari luar terutama dari kebijakan perdagangan maka ruang manuver The Fed tetap sempit.

Bostic Pangkas Proyeksi Pemotongan Suku Bunga Fed Jadi Satu Kali
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan